Senin, 31 Oktober 2022

Ustadz Dadakan

Oleh : Muh. Azis

 

"Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata, "Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)." [Surat Fushilat: 33]


Ceramah Tarawih dan Subuh sudah jadi ciri khas syiar dakwah selama bulan Ramadan. Program ini menjadi salah satu kegiatan yang diadakan sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi jamaah tentang ajaran Islam.


Ada yang istimewa dari kegiatan tahunan ini di masjid Al Islam Tambakbayan. Sebuah masjid yang terletak di ujung kelurahan Caturtunggal, kapanewon Depok, kabupaten Sleman.


Awalnya, ceramah Ramadan akan diisi oleh para ustadz dari luar Tambakbayan. Baik ceramah Tarawih, ceramah Subuh maupun kajian Sabtu dan Ahad sore. Panitia akan mengundang ustadz-ustadz yang sudah terkenal di Yogyakarta. Panitia sudah mengantongi banyak nomor kontak para ustadz yang kompeten dalam ilmu-ilmu agama Islam. Tetapi dengan beberapa pertimbangan, diputuskan hanya ceramah Tarawih saja yang diisi oleh ustadz-ustadz dari luar. Sedangkan ceramah Subuh, diisi oleh warga Tambakbayan sendiri, yaitu semua anggota Jamaah Pengajian Kalimosodo. Jamaah pengajian bapak-bapak inilah yang selalu aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan Masjid Al Islam Tambakbayan.


Salah satu pertimbangan itu adalah untuk menghemat anggaran. Alasannya memang pragmatis. Tetapi, akhirnya kemudian muncul pertimbangan lain yang justru malah semakin menguatkan keputusan di atas. Pertimbangan itu adalah alasan keberlangsungan dakwah atau regenerasi ustadz atau mubalig.


Panitia berharap dari sekian orang yang dipercaya untuk mengisi ceramah Subuh akan muncul para ustadz, da'i atau mubalig baru. Mereka itulah yang diharapkan siap menyampaikan risalah Islam. Mau melakukan amar ma'ruf nahi munkar (menyeru dalam hal kebaikan dan menyeru untuk meninggalkan keburukan) kepada masyarakat warga Tambakbayan dan sekitarnya. Selama ini hanya segelintir orang Tambakbayan yang dipanggil ustadz. Mereka yang selama ini dijadwal sebagai khotib sholat Jum'at, penceramah di pengajian dan kajian-kajian.


Ada yang menarik dari jadwal penceramah Subuh ini. Pada saat dibuat jadwal penceramah Subuh, sempat muncul kekhawatiran dari jamaah yang ditunjuk untuk ceramah. Banyak jamaah yang merasa tidak percaya diri, grogi dan merasa ada beban mental takut kalau disebut hanya bisa bicara, tidak bisa melakukan. "Jarkoni," kata orang Jawa. “Iso ngajar, ora iso nglakoni.” Padahal mereka kita jadwal mengisi hanya sekali saja dalam bulan Ramadhan ini. Ini bisa dimaklumi karena sebagian besar anggota jamaah itu dari kalangan sosial-ekonomi bawah. Ada yang berprofesi sebagai tukang parkir, tukang batu, penjual angkringan, sopir, karyawan rumah makan, makelar dan lain-lain.


Saat kita buat rancangan jadwal penceramah Subuh itu, di forum rapat panitia atau secara personal, panitia  memberitahukan bahwa yang akan mengisi ceramah Subuh adalah jamaah masjid Al Islam sendiri. Yaitu Jamaah Pengajian Bapak-bapak Kalimosodo. Selanjutnya dibuat jadwal penceramah Subuh dan kita share di grup WhatsApp Panitia Ramadan.


Selama rentang waktu menunggu datangnya hari pertama bulan Ramadan, beberapa orang minta ijin untuk tidak dijadwal sebagai penceramah Subuh. Panitia bisa menerima alasannya. Beberapa orang yang minta ijin tadi kita hapus dari jadwal. Selanjutnya, panitia memosting jadwal penceramah Subuh yang baru. Akibatnya, sebagian jamaah yang pada awalnya sudah menyanggupi untuk mengisi kultum Subuh, ikut-ikutan minta diganti atau dihapus dari jadwal.


Singkat kata, dari pada jadi kacau karena sebagian besar minta mundur akhirnya diputuskan untuk kembali ke jadwal pertama yang dishare tadi. Mau tidak mau, jamaah harus siap mengisi.


Tidak disangka, antusiasme jamaah untuk mendengarkan ceramah para ustadz dadakan ini begitu tinggi. Mungkin karena ini pertama dalam sejarah perjalanan dakwah di masjid Al Islam Tambakbayan.  Untuk pertama kalinya, warga Tambakbayan yang selama ini hanya jadi pendengar saja, tahun ini menjadi penceramah Ramadan meskipun hanya untuk ceramah Subuh. Ada warga yang biasanya jarang salat berjamaah ke masjid, Ramadan ini malah jadi rajin Subuh ke Masjid. Ia akan bertanya pada panitia, “Subuh besok siapa yang ceramah?”


Tampaknya ia sangat penasaran. Ia membayangkan bagaimana tetangganya yang seprofesi dengannya sebagai tukang parkir naik ke atas mimbar dan berceramah di depan orang banyak. Selama Ramadan, jamaah salat Subuh yang hadir mencapai 100 – 200 orang.


“Apa tidak grogi ya? “, ia bertanya suatu ketika.


Muh. Azis

Marbot masjid Al Islam Tambakbayan, Relawan Literasi

SILATURRAHMI KE PALEMBANG

 Oleh Muh. Azis

 

 

Suatu hari, keponakan saya mengunggah video pendek perjalanannya pulang ke Palembang di grup WhatsApp keluarga besar trah. Video berdurasi 20 detik itu memperlihatkan saat mobil yang disopiri oleh anaknya yang sulung berjalan pelan hendak memasuki kapal penyeberangan di pelabuhan Merak, Banten. Pulang ke Musi Banyuasin, Palembang. Tempat tinggal Bulik (bibi) sekarang.


Spontan saya komentari, “Moga-moga lain waktu bisa berkunjung ke Jalur, Muba, Palembang. Mau sowan Bulik.”

 

Sebenarnya saya berharap Bulik (bibi) bisa rawuh ke acara Halal bi Halal keluarga besar di Ngampel, Srumbung kemarin. Sempat saya tanyakan ke keponakan saya tadi soal kemungkinan itu. Dia menjawab sepertinya kondisi Bulik sudah sangat kepayahan kalau harus menempuh perjalanan jauh dari Palembang ke Pulau Jawa. Saya memaklumi karena beliau sudah sepuh.

 

Sebenarnya secara pribadi, saya tidak punya kenangan khusus dan dalam dengan Bulik karena dulu saat beliau bertransmigrasi ke Palembang, saya masih kecil. Tidak ingat apa-apa tentang beliau.

 

Yang saya tahu, sampai sekarang ini (2022) Bulik adalah satu-satunya anak Simbah yang masih hidup. Delapan saudara kandungnya, termasuk ayah saya sudah meninggal. Saya hanya mau sungkem Bulik. Sebagaimana saya sungkem kepada emak dulu. Sangat emosional, sampai tak bisa berkata apa-apa. Hanya deraian air mata bercucuran saat sungkem kepada Mak’e dan Pak’e. Ingat banyak salah yang telah saya lakukan. Telah menyakiti hati tanpa sadar. Belum bisa membalas semua kebaikan mereka.

           

Komentar saya yang singkat atas video ponakan saya tadi mengundang komentar dari saudara-saudara dan keponakan yang lain.

 

Siswanto, salah satu putra Pakdhe saya pun berkomentar. “Kalau bisa halal bihalal di Palembang. Rombongan sewa bis.”

 

“Bisa mulai nabung, yuuk? “ kata mbak Wanti putrine Mas Nawawi Ngampel.

 

“Wah, kalau bisa terlaksana pasti seru.” Kata saya

 

Siswanto menanggapi,“Cari waktunya yang susah...karena kalau lebaran jalannya macet parah”

 

“Ada yang pernah rekreasi ke Palembang?” saya bertanya menyela. Maksud saya kalau ada yang punya pengalaman rekreasi ke Palembang, mungkin bisa berbagi pengalamannya. Biayanya berapa, jarak Muntilan ke Palembang berapa, berapa hari perjalanan ke sana dan sebagainya.

 

“Biayanya berapa? Muntilan - Palembang berapa hari?” tanya saya

Mbak Elvi, putri sulungnya Mas Toha almarhum ikut menjawab pertanyaan itu, “Ana kayanya pernah ke Palembang ketemu sama keluarga siapa lupa yang dekat bandara.”. Ana yang dimaksud mbak Elvi adalah adiknya.

 

“Mas Wahid mungkin”. Saya menjawab pertanyaan mbak Elvi. Beberapa waktu yang lalu, mbak Ana Afida pernah berkunjung ke Palembang dan bertemu dengan Wahid putrane Mas As’ari.

Ida, putrine Lik Mislam menyahut, “Ya dibuat angan-angan dulu. Nanti kalau Allah berkehendak semua akan mudah.”

 

“Ini yang tau ya keluarga Palembang,” Siswanto menanggapi pertanyaan saya.

 

Ponakan dari Palembang tadi menjawab, “Kathah (banyak), Mas. Dari Palembangnya nian ke Jalur masih lama. Tapi kalau sudah di Palembang-nya nanti dijemput sampai gubukku.”

 

Alhamdulillah, kata-katanya ini sedikit menjawab rasa penasaran saya.

 

“Inikan mobil pribadi. Kalau rombongan lebih murah karena ditanggung banyak orang” kata Siswanto.

 

“Kalau nyarter bus kayaknya Ngampel pernah pas ke Bantul. Mungkin ada kontak2nya bisa tanya perhari berapa sewa busnya.” Ida menambahkan.

 

Mbak Wanti menjawab, “Saudara di Sumatra banyak. Dari Simbah aja putranya ada 3. Di Lampung, di Sijunjung, tapi udah almarhum semua. Tinggal putra-putrinya.”

 

Saya menegaskan, “Itulah pentingnya silaturahmi. Saling berkunjung. Biar bisa saling mengenal.”

 

            “Coba saja tanya-tanya dulu di bus pariwisata. Untuk carter saat lebaran pasti beda karena ada tuslah lebaran.” Saran Ida 

 

Siswanto menanggapi, “Coba saja dihitung semua habis berapa terus nanti dilist (didaftar) siapa saja yang mau ikut biar bisa direalisasikan.”

 

Sayangnya pembicaraan saat itu berhenti. Sepertinya tidak banyak yang tertarik dengan ide ujung (silaturrahmi) bareng-bareng ke Palembang ini. Saya bisa memaklumi. Banyak pertimbangan saat orang mau mengadakan perjalanan jauh sampai keluar kota bahkan keluar Pulau Jawa. Biaya, kondisi badan, waktu, kondisi di perjalanan dan lain-lain.

Saya pun jadi ikut mikir-mikir. Entah kapan rencana ini bisa terlaksana.

 

Brajan, pertengahan Syawal 1443 H.

SAHABAT MANTU

Salah satu rezeki yang patut disyukuri setiap hari adalah dipertemukannya kita dengan orang-orang baik dan sholeh. Bersahabat dengan teman-t...