Oleh
: Muh. Azis
"Dan
siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah
dan mengerjakan kebajikan dan berkata, "Sungguh, aku termasuk orang-orang
muslim (yang berserah diri)." [Surat Fushilat: 33]
Ceramah
Tarawih dan Subuh sudah jadi ciri khas syiar dakwah selama bulan Ramadan.
Program ini menjadi salah satu kegiatan yang diadakan sebagai sarana untuk
menambah wawasan dan pengetahuan bagi jamaah tentang ajaran Islam.
Ada
yang istimewa dari kegiatan tahunan ini di masjid Al Islam Tambakbayan. Sebuah
masjid yang terletak di ujung kelurahan Caturtunggal, kapanewon Depok,
kabupaten Sleman.
Awalnya,
ceramah Ramadan akan diisi oleh para ustadz dari luar Tambakbayan. Baik ceramah
Tarawih, ceramah Subuh maupun kajian Sabtu dan Ahad sore. Panitia akan mengundang
ustadz-ustadz yang sudah terkenal di Yogyakarta. Panitia sudah mengantongi
banyak nomor kontak para ustadz yang kompeten dalam ilmu-ilmu agama Islam. Tetapi
dengan beberapa pertimbangan, diputuskan hanya ceramah Tarawih saja yang diisi
oleh ustadz-ustadz dari luar. Sedangkan ceramah Subuh, diisi oleh warga
Tambakbayan sendiri, yaitu semua anggota Jamaah Pengajian Kalimosodo. Jamaah
pengajian bapak-bapak inilah yang selalu aktif dalam kegiatan-kegiatan yang
diadakan Masjid Al Islam Tambakbayan.
Salah
satu pertimbangan itu adalah untuk menghemat anggaran. Alasannya memang pragmatis.
Tetapi, akhirnya kemudian muncul pertimbangan lain yang justru malah semakin
menguatkan keputusan di atas. Pertimbangan itu adalah alasan keberlangsungan
dakwah atau regenerasi ustadz atau mubalig.
Panitia
berharap dari sekian orang yang dipercaya untuk mengisi ceramah Subuh akan
muncul para ustadz, da'i atau mubalig baru. Mereka itulah yang diharapkan
siap menyampaikan risalah Islam. Mau melakukan amar ma'ruf nahi munkar (menyeru
dalam hal kebaikan dan menyeru untuk meninggalkan keburukan) kepada masyarakat
warga Tambakbayan dan sekitarnya. Selama ini hanya segelintir orang Tambakbayan
yang dipanggil ustadz. Mereka yang selama ini dijadwal sebagai khotib sholat
Jum'at, penceramah di pengajian dan kajian-kajian.
Ada
yang menarik dari jadwal penceramah Subuh ini. Pada saat dibuat jadwal
penceramah Subuh, sempat muncul kekhawatiran dari jamaah yang ditunjuk untuk
ceramah. Banyak jamaah yang merasa tidak percaya diri, grogi dan merasa ada
beban mental takut kalau disebut hanya bisa bicara, tidak bisa melakukan.
"Jarkoni," kata orang Jawa. “Iso ngajar, ora iso nglakoni.”
Padahal mereka kita jadwal mengisi hanya sekali saja dalam bulan Ramadhan ini. Ini
bisa dimaklumi karena sebagian besar anggota jamaah itu dari kalangan
sosial-ekonomi bawah. Ada yang berprofesi sebagai tukang parkir, tukang batu,
penjual angkringan, sopir, karyawan rumah makan, makelar dan lain-lain.
Saat
kita buat rancangan jadwal penceramah Subuh itu, di forum rapat panitia atau
secara personal, panitia memberitahukan
bahwa yang akan mengisi ceramah Subuh adalah jamaah masjid Al Islam sendiri.
Yaitu Jamaah Pengajian Bapak-bapak Kalimosodo. Selanjutnya dibuat jadwal
penceramah Subuh dan kita share di grup WhatsApp Panitia Ramadan.
Selama
rentang waktu menunggu datangnya hari pertama bulan Ramadan, beberapa orang
minta ijin untuk tidak dijadwal sebagai penceramah Subuh. Panitia bisa menerima
alasannya. Beberapa orang yang minta ijin tadi kita hapus dari jadwal.
Selanjutnya, panitia memosting jadwal penceramah Subuh yang baru. Akibatnya, sebagian
jamaah yang pada awalnya sudah menyanggupi untuk mengisi kultum Subuh,
ikut-ikutan minta diganti atau dihapus dari jadwal.
Singkat
kata, dari pada jadi kacau karena sebagian besar minta mundur akhirnya
diputuskan untuk kembali ke jadwal pertama yang dishare tadi. Mau tidak
mau, jamaah harus siap mengisi.
Tidak
disangka, antusiasme jamaah untuk mendengarkan ceramah para ustadz dadakan ini
begitu tinggi. Mungkin karena ini pertama dalam sejarah perjalanan dakwah di
masjid Al Islam Tambakbayan. Untuk
pertama kalinya, warga Tambakbayan yang selama ini hanya jadi pendengar saja,
tahun ini menjadi penceramah Ramadan meskipun hanya untuk ceramah Subuh. Ada
warga yang biasanya jarang salat berjamaah ke masjid, Ramadan ini malah jadi
rajin Subuh ke Masjid. Ia akan bertanya pada panitia, “Subuh besok siapa yang
ceramah?”
Tampaknya
ia sangat penasaran. Ia membayangkan bagaimana tetangganya yang seprofesi dengannya
sebagai tukang parkir naik ke atas mimbar dan berceramah di depan orang banyak.
Selama Ramadan, jamaah salat Subuh yang hadir mencapai 100 – 200 orang.
“Apa
tidak grogi ya? “, ia bertanya suatu ketika.
Muh. Azis
Marbot masjid Al Islam Tambakbayan, Relawan Literasi