Lama sudah aku
tak menulis.Buntu.Pikiranku seperti buntu.Terkungkung.
Rasanya seperti dalam
sebuah karung.Meski sebenarnya pikiran kita bisa ke mana-mana.Atau sesungguhnya
bukan buntu.Hanya susah untuk mengatakan
apa yang ada di dalam pikiran.Karena saking banyaknya hal yang berseliweran
dalam pikiran meski hanya selintas atau
sepotong-sepotong saja.
Angan-angan,keinginan,cita-cita,keyakinan atau malah
kegalauan campur aduk menjadi satu.Bertambah hari bukan semakin berkurang tetapi
semakin menumpuk.Kadang aku khawatir suatu saat akan meledak karena pikiran
sudah tak sanggup lagi menahan beban pikiran itu.
Jumat, 28 Juni 2013
SABAR DAN GIGIH
Apakah Anda tahu siapa Bill Porter? Seorang penjual yang cacat fisiknya.
KULIAH KERJA NYATA
Kuliah kerja nyata lagi? Sudah selesai kuliah KKN lagi? Hmm...
Maksud saya ini bukan kuliah kerja nyata seperti yang harus dilakukan oleh mahasiswa tingkat akhir sebagai salah satu mata kuliah wajib dan sebagai salah satu syarat kelulusan mencapai gelar sarjana. Bukan pula hanya dua bulan waktunya dan diprogram menurut bidang keahlian masing-masing.Tapi kuliah dalam arti praktek melakukan sesuatu dan belajar terus menerus sepanjang hidup dari praktek tersebut, memperbaiki diri dan dilaksanakan lagi.Begitu terus menerus.
Apa yang harus dilakukan?
Maksud saya ini bukan kuliah kerja nyata seperti yang harus dilakukan oleh mahasiswa tingkat akhir sebagai salah satu mata kuliah wajib dan sebagai salah satu syarat kelulusan mencapai gelar sarjana. Bukan pula hanya dua bulan waktunya dan diprogram menurut bidang keahlian masing-masing.Tapi kuliah dalam arti praktek melakukan sesuatu dan belajar terus menerus sepanjang hidup dari praktek tersebut, memperbaiki diri dan dilaksanakan lagi.Begitu terus menerus.
Apa yang harus dilakukan?
Apa saja yang berhubungan atau merupakan bagian hidup manusia.Bergaul dengan orang banyak,membina hubungan,melakukan tugas, bekerja,menikah, mendidik anak,membangun masyarakat, berpolitik, melakukan usaha perbaikan-perbaikan,berusaha mencapai tingkatan derajat manusia yang suci,ruhaniah, pengalaman spiritual dan lain-lain.
Rasanya,hal-hal yang demikian terasa lebih menantang pikiran, menggairahkan hati, menggelitik ego kita untuk bisa membuktikan bahwa kita bisa.Bahwa kita bukanlah seorang pecundang dengan segala kelemahan dan kekurangan kita sebagai manusia.Kita ingin menyambut seruan atau panggilan Tuhan dan membuktikan semua jaminanNya benar dan membawa kemaslahatan bagi manusia itu sendiri.
Mungkin,kadang-kadang kita kalah,gagal, atau terjatuh tetapi kemudian kita bangkit lagi dengan semangat baru yang lebih menyala-nyalaseperti bara api yang hampir mati kemudian ditambah arang baru dan dituangi minyak akan muncul bara api yang lebih besar dan lebih panas.
Belajar atau kuliah di sekolah memang penting tapi kuliah dalam kehidupan nyata lebih penting,lebih menggairahkan dan lebih menantang.Belajar di sekolah hanya bagian kecil saja yang mungkin untuk masa sekarang sudah tak memadai lagi bila dikaitkan dengan perubahan zaman yang sangat cepat.Sedangkan belajar dari kehidupan nyata itu lebih menggairahkan karena pada hakikatnya kehidupan itu sendiri banyak bicara pada kita.Memberi banyak pelajaran penting, riil secara terus menerus. Tugas kita adalah menangkap dan memahaminya serta mempergunakan pengetahuan itu secara maksimal dengan semangat terus memperbaiki diri secara berkesinambungan. Insya allah kita akan dapat pengalaman baru yang sarat makna yang akan membuat hidup kita bahagia berkelimpahan.
MUHASABAH
Wahai diri....
Masihkah engkau ragu-ragu dengan jaminan Allah?
Masihkah engkau tak yakin dengan janji-janjiNya?
Kenapa khawatir dengan soal
rezeki?
Allahlah yang mempergilirkan, memberi dan menahan rezeki hamba-hamba-Nya. Sungguh Allah Maha kuasa atas segalanya.Hidup hanya sekali. Tidak selayaknya kita habiskan untuk hal-hal yang sia-sia.
Kenapa tidak engkau pergunakan masa mudamu untuk berbuat yang sebaik-baiknya,sungguh-sungguh, totalitas, serius dan mengerahkan semua anugerah yang telah diberikan oleh Allah : hati,pikiran, tenaga dan waktu luangmu?
Jadikanlah dunia ada di tanganmu dan akhirat ada di hatimu.Jangan terbalik.Jangan sampai menjadi orang yang bila dunianya bertambah merasa senang dan bila dunianya berkurang menjadi sedih.
Ya Allah, Engkaulah yang menggenggam semua yang ada di langit dan di bumi. Ampunilah kebodohan, kesombongan, kelalaian hati kami yang merasa bisa mengatasi semuanya.
BERULANG-ULANG
Apa yang
berulang-ulang? Banyak. Sangat banyak.Suasana hati,pikiran, pekerjaan, cara
kerja mesin dan lain-lain.
Perasaan atau suasana hati kita misalnya. Kadang senang,riang, berbunga-bunga tetapi sering juga sedih,susah, kecewa, bingung, malas atau biasa-biasa saja, tidak senang sekali tapi juga tidak sedih-sedih amat.Berganti-ganti dan berulang-ulang.Hari ini kita sedih besok senang lusa sedih lagi.Begitu seterusnya dengan jarak waktu yang berbeda-beda. Kadang untuk jangka lama orang merasa sedih dan susah seperti para pengungsi korban bencana alam atau perang.
Rabu, 26 Juni 2013
PEPSODENT
Kemarin sore, saya memperhatikan percakapan Hida dengan Syafiq. Saat itu,Syafiq sedang makan roti kesukaannya.
“Aku minta rotinya,Fiiq” rayu Hida
“Nggak mau” jawab Syafiq cepat.
“Hih, Syafiq pelit…”
Syafiq hanya diam saja dibilang pelit oleh kakaknya. Dia nikmati rotinya dengan santai.Tidak ada tanda-tanda mau memberi. Hida jadi agak jengkel.
Syafiq hanya diam saja dibilang pelit oleh kakaknya. Dia nikmati rotinya dengan santai.Tidak ada tanda-tanda mau memberi. Hida jadi agak jengkel.
“Orang pelit kuburannya sempit…..Iya kan,Bi?” Hida minta dukungan saya.
Saya menganggukkan kepala. Saya menoleh ke
arah Syafiq. Maksud saya, barangkali dia terus mau berbagi sedikit
kuenya.Tapi ternyata tidak.Saya mencoba cara lain.Saya puji dia.
“Eh,Syafiq kan anak salih to? Anak salih itu suka berbagi lho.Anak yang suka berbagi itu namanya dermawan.Orang yang suka memberi ”
“Iya,Fiq. Kamu kan harusnya dermawan. Namamu kan Syafiq. Es-ye-a–ef-i-qiu. Ada 6. Pep so den pep so den”
Hida menyahut
cepat ucapan saya sambil menghitung huruf nama adiknya dengan
jari-jarinya. Syafiq yang diajak bicara cuma memperhatikan saja. Tidak
paham dia.
Saya sendiri juga penasaran.Pepsodent? Apa hubungannya
dermawan dengan salah satu merk pasta gigi itu.
Saya jadi tertawa setelah mendengarkan penjelasan Hida.
Saya jadi tertawa setelah mendengarkan penjelasan Hida.
Menurutnya, jenis orang itu
hanya ada tiga : pelit,sombong dan dermawan disingkat pepsoden. Cara
menentukannya yaitu dengan menghitung jumlah huruf nama orang. Lalu
rumus pepsoden tadi diterapkan secara berurutan per suku kata.Satu
huruf,satu suku kata dari pepsoden tadi.Hasil yang dipakai adalah suku
kata terakhir. Syafiq,misalnya.Ada 6 huruf. Jadi :
pep-so-den-pep-so-den.Berarti dia dermawan.
Saya bertanya,”Siapa yang mengajari begitu?”
Saya bertanya,”Siapa yang mengajari begitu?”
“Alifah…” jawabnya singkat.
“Kalau Denia itu sombong.” Ia melanjutkan.Alifah dan Denia adalah teman-temannya di TK.
“Masak sih?” saya bertanya sedikit kaget. Seingat saya,kalau saya menjemput Hida di sekolahnya, sering Denia menyapa saya dengan ramah. Di kelasnya saja dia mendapat penghargaan sebagai anak yang paling pandai berkomunikasi. Masak dibilang sombong sih.
“Denia kan 5 huruf.De,e,en,i.a.Pep so den pep so.Dia itu sombong”
Owalah,gitu to menyimpulkannya.Dalam hati saya berkata, kalau begitu caranya,saya orang yang pelit dong. Nama saya kan Azis. Ada 4 huruf.Pep so den pep. Waduh..
Nah…
MUSTHOFA
Pagi tadi, Hida menyanyikan lagu Raihan “Nama 25 Nabi”. Sambil duduk membopong Syamil, adiknya, ia menyanyi dengan sangat lancar.
“Adam-Idris-Nuh-Hud-Sholeh…
Ibrahim-Luth-Ismail…
Ishaq-Ya’qub-Yusuf-Ayyub…
Syu’aib-Musa-Harun-Dzulkifli…
Daud-Sulaiman-Ilyas-Ilyasa...
Yunus-Zakaria-Yahya-Isa..
wal akhiru khotimul anbiya…
Muhammad al musthofa….”
Selesai menyanyi,dia bertanya,”Jumlah Nabi itu ada berapa sih,Bi?”
“Ya,ada 25 Nabi.”
“Tambah musthofa berarti 26 ya,Bi?”
“Ooh…al musthofa itu semacam gelar untuk Nabi Muhammad”
“Eh,bukaan.Itu kan nama jin temannya si Aladin,Bi”
“ Ups.%^$#*&^…”
Dalam hati saya berkata,”Aduh,ini anak korban sinetron Aladin nih….”
PERASAAN PEREMPUAN
Kali ini,saya mau cerita tentang Hida (Syahidah), putri pertama saya yang di TK nol besar.
Suatu malam, saya menemani Syafiq, anak kedua saya,menonton film kartun
di komputer. Sambil lihat film itu, dia ngemil kue kering
kesukaannya.
Sebenarnya saat itu sudah waktunya anak-anak untuk tidur
malam.Tapi Syafiq ngeyel ingin lihat film animasi. Kali ini saya turuti
permintaannya.
Beberapa saat kemudian, ketika asyik-asyiknya memelototi adegan demi adegan dalam film kartun itu, Hida muncul dari balik pintu kamar dan meminta saya mematikan komputernya.
“Abi,kata ummi komputernya suruh dimatikan.Sudah malam…”
“Ya, nanti abi matikan…Tuh sebentar lagi filmnya selesai kok. Nanti kalau udah selesai abi matikan” jawab saya.
“Tapi kata ummi suruh matikan sekarang!”
“Ya,sebentar lagi…” Saya menoleh ke arah wajahnya.
“Kata ummi suruh matikan sekarang,Bi!” ia mengulangi lagi. Sekarang
dengan nada agak keras. Tapi saya tidak terlalu memperhatikan
ucapannya. Mata saya beralih kembali ke layar komputer.
Saya tepati janji saya.Kira-kira 15 menit kemudian filmnya selesai dan saya matikan komputer.
Saya tepati janji saya.Kira-kira 15 menit kemudian filmnya selesai dan saya matikan komputer.
“Nih, dah abi matikan.” Kata saya.
Kelihatannya dia jadi sebel
dengan saya. Mungkin karena tadi dia merasa ucapannya tidak langsung
dituruti. Jadi dia bolak-balik dari kamar umminya ke ruang tempat saya
dan Syafiq menonton film. Dia mendekati tempat saya duduk selonjor dan
memukul perut saya dengan jengkel. Bagi saya, pukulan anak perempuan
seusia dia ya saya anggap guyonan. Makanya saya hanya tertawa saja saat
dia memukul soalnya geli.
Nah, saat dia memukul perut saya itu tanpa sengaja dia menindih kue kering Syafiq hingga kuenya jadi patah-patah. Syafiq tidak terima dan langsung mendorong keras perut Hida dengan kakinya. Hida yang tidak menyangka akan didorong seperti itu langsung jatuh. Ia pegang perutnya menangis kesakitan. Tapi kemudian dia membalas dengan memukul kepala adiknya itu. Sekarang adiknya jadi ikut menangis.
Saya diam saja, tidak berusaha melerai. Sengaja begitu, karena saya mau lihat bagaimana reaksi keduanya selanjutnya. Apa terus berkelahi, pukul-pukulan atau berhenti dan berdamai. Kalau terus berkelahi, saling memukul baru nanti akan saya lerai.
Ternyata benar. Keduanya lalu saling memukul 3 atau 4 kali.Saya lerai dan saya minta Hida untuk minta maaf duluan. Saya menganggap Hida sudah bisa diajak bicara untuk mengalah pada adiknya yang masih di play group itu.Tapi ternyata dia tidak mau.
Nah, saat dia memukul perut saya itu tanpa sengaja dia menindih kue kering Syafiq hingga kuenya jadi patah-patah. Syafiq tidak terima dan langsung mendorong keras perut Hida dengan kakinya. Hida yang tidak menyangka akan didorong seperti itu langsung jatuh. Ia pegang perutnya menangis kesakitan. Tapi kemudian dia membalas dengan memukul kepala adiknya itu. Sekarang adiknya jadi ikut menangis.
Saya diam saja, tidak berusaha melerai. Sengaja begitu, karena saya mau lihat bagaimana reaksi keduanya selanjutnya. Apa terus berkelahi, pukul-pukulan atau berhenti dan berdamai. Kalau terus berkelahi, saling memukul baru nanti akan saya lerai.
Ternyata benar. Keduanya lalu saling memukul 3 atau 4 kali.Saya lerai dan saya minta Hida untuk minta maaf duluan. Saya menganggap Hida sudah bisa diajak bicara untuk mengalah pada adiknya yang masih di play group itu.Tapi ternyata dia tidak mau.
Saya tanya,”Kenapa nggak mau minta maaf
duluan?’
“Dia kan yang nendang perutku duluan,Bi.”
“Syafiq nendang kamu soalnya kamu dah mematahkan rotinya.Jadinya dia marah”
“Iya,tapi dia dah nendang perutku.Kan sakit,Bi?”
“Ya sudah sekarang saling minta maaf.Ayo,Syafiq minta maaf sama mbak Hida.Mbak Hida juga minta maaf sama dik Syafiq” Saya mengulangi ajakan untuk saling meminta maaf.
“Nggak mauu…” Syafiq menolak untuk minta maaf dulu.
“Mbak Hida,ayo minta maaf…” Saya beralih ke Hida.
“Nggaak mauu!” teriaknya masih sambil menangis sesenggukan. Ini anak pada ngeyel semua.
Saya menarik nafas dan menghembuskan cepat. Saya hanya diam beberapa saat. Saya ulangi lagi ajakan saya.Jawaban mereka sama.Sampai kemudian, Hida ngomong tanpa henti.
“Abi kenapa selalu membela Syafiq. Kenapa aku yang harus ngalah terus.Dia kan yang nendang aku duluan. Kenapa aku yang harus minta maaf.Abi kenapa diam-diam saja. Abi tahu nggak sih perasaan perempuan…? Ia meratap. Air matanya mengalir deras.
Saya agak
terpana dengan ucapannya yang panjang itu.Tapi, ia tanya perasaan
perempuan?
Sekuat tenaga saya menahan agar tidak tertawa.Ini anak masih
TK sudah bertanya tentang perasaan perempuan.
Masih dengan menahan agar tidak tertawa, saya bertanya,”Memangnya perasaan perempuan itu gimana?”
“Aku kan lebih tua dari pada Syafiq.Harusnya dia yang minta maaf sama aku.Bukan aku yang minta maaf sama dia.”
Hemm…ooo itu to yang dia maksud perasaan perempuan.Kirain apa gitu…?
Di
kamar tidur, ternyata istri saya juga mendengar kata-kata perasaan
perempuan tadi.
Saya masuk ke kamar dan nggak perlu mengulangi cerita
tadi, kami tak bisa menahan tawa lagi.
*
TAMAN PINTAR
Sore tadi, saya ajak anak-anak ke rumah sakit. Sudah 2 hari ini umminya opname karena penyakit lamanya kambuh.Setelah menunggu beberapa saat, Syafiq mengajak saya keluar dari kamar inap.
“Ayo Bi ke taman pintar…” pintanya.
“Ke Taman Pintar? Waah itu jauuh le…” jawab saya.
Saya sudah membayangkan repotnya perjalanan dari Babarsari ke Taman Pintar yang letaknya di ujung seberang timur jalan Malioboro itu. Sore-sore begini jalanan pasti ramai bahkan mungkin macet. Dan akan banyak melewati lampu bangjo. Tapi dia tetap ngeyel.
“Ayo to Bi ke taman pintar…”
“Nggak mau ah. Jauh.”
“Nggak jauuh.Ayo to,Bi…!”
Kali ini sambil menarik-narik ujung baju dan tangan saya. Ia menarik keras tangan saya dan menjauh dari bangsal menuju ke arah tempat parkir motor.
Ketika sampai di bawah tangga
yang menuju lantai 2 ia berhenti. Masih memegang erat tangan saya,ia
menaiki tangga.
Sampai di lantai 2 itu, ia lepaskan tangan saya dan
berlari menuju sebuah tempat kecil di ujung deretan bangku panjang
tempat para pasien menunggu periksa.
Owalaah thole…thole, ternyata yang dimaksud taman pintar itu tempat bermain untuk anak-anak yang disediakan rumah sakit itu.
Owalaah thole…thole, ternyata yang dimaksud taman pintar itu tempat bermain untuk anak-anak yang disediakan rumah sakit itu.
Tempatnya kecil. Dindingnya ditempel gambar
taman. Di bagian depan ada pagar dari kayu dicat warna-warni.Dan ada
satu prosotan warna merah.Itu yang dia inginkan...naik turun main
prosotan.
Hmmm….anak-anak punya definisi dan imajinasi sendiri tentang
Taman Pintar. — @ RSKIA Sadewa Babarsari.
JUJUR LHO…!
Setiap kali berbicara dengan Syafiq, anak kedua saya yang usianya 3,5 tahun ada saja hal-hal yang bikin saya tertawa. Lumrahnya anak kecil, ulahnya kadang menjengkelkan tapi lebih sering membuat saya tidak bisa menahan tawa.
Sebenarnya lebih tepat kalau dibilang mentertawakan
diri sendiri karena ketahuan salah saya. Walaupun mungkin dia belum faham
benar.
Pagi tadi, saat sarapan pagi saya menyuapinya dengan nasi dan lauk sepotong ayam goreng kesukaannya. Saya sendiri belum makan. Pikir saya nanti sajalah kalau anak-anak sudah berangkat sekolah.
Tiba-tiba muncul keinginan saya untuk mencicipi ayam goreng itu.Hmm….sepertinya kok enak ya. Saat matanya tertuju ke layar monitor,iseng saya makan satu suap.Eh,dia menoleh…
“Abi makan ayam gorengku,ya?” Saya masih mengunyah.
“Coba buka mulut Abi…” pintanya.
“Jujur lho…!” celetuknya sambil jarinya menunjuk muka saya.
Sepertinya dia meniru ustadzah-ustadzahnya di play group.
Pagi tadi, saat sarapan pagi saya menyuapinya dengan nasi dan lauk sepotong ayam goreng kesukaannya. Saya sendiri belum makan. Pikir saya nanti sajalah kalau anak-anak sudah berangkat sekolah.
Sambil makan,dia asyik nonton film kartun gajah coklat
membelakangi saya. Beberapa suap sudah masuk mulutnya. Sekali suap butuh
beberapa menit utk mengunyahnya.
Tiba-tiba muncul keinginan saya untuk mencicipi ayam goreng itu.Hmm….sepertinya kok enak ya. Saat matanya tertuju ke layar monitor,iseng saya makan satu suap.Eh,dia menoleh…
“Abi makan ayam gorengku,ya?” Saya masih mengunyah.
“Coba buka mulut Abi…” pintanya.
Saya buka mulut saya lebar-lebar tapi
lidah saya naikkan ke atas untuk menutupi satu suapan tadi.
“Jujur lho…!” celetuknya sambil jarinya menunjuk muka saya.
Sepertinya dia meniru ustadzah-ustadzahnya di play group.
Ha..ha..ha…
Saya hanya bisa tertawa. Saya nggak bisa bohong lagi nih...
TATAP MATA SAYA...LEBIH DALAM!
Kemarin pagi sehabis mandi,Syafiq,anak saya yang kedua tiba-tiba bilang, "Tatap mata saya...lebih dalam!
Ia mengulangi kata-kata itu tiga kali.Ia gerakkan dua jarinya ke matanya seperti mau nyolok matanya sendiri. Saya menahan tawa. Sedikit kaget mendengar kalimatnya. Dalam hati saya bertanya-tanya dari mana ia mendapat kata-kata itu. Saat ketemu umminya,ia ulangi kata itu.
"Tatap mata saya....lebih dalam!
"Tatap mata saya....lebih dalam!
Saya dan istri saling berpandangan. Dan nggak bisa menahan tawa lagi.
Langganan:
Postingan (Atom)
Langit Terbuka Menuju Tanah Suci
Pagi buta di bandara, dingin menusuk kulit dan cahaya neon mengiringi langkahku menuju konter maskapai Saudi Arabia Airlines. Ini perjalanan...

-
Oleh Syamil Muhammad Ilmi Huda Pada suatu hari kakakku masuk pesantren. Pada hari itu aku hampir menangis Untungnya aku bisa menahannya Kaka...
-
Hari ini saya mau bercerita tentang pengalaman saya saat sakit perut. Ceritanya begini. Dulu, perut saya itu sering kembung. Kalau pas k...