Rabu, 26 Juni 2013

PERASAAN PEREMPUAN



Kali ini,saya mau cerita tentang Hida (Syahidah), putri pertama saya yang di TK nol besar.

Suatu malam, saya menemani Syafiq, anak kedua saya,menonton film kartun di komputer. Sambil lihat film itu, dia ngemil kue kering kesukaannya. 

Sebenarnya saat itu sudah waktunya anak-anak untuk tidur malam.Tapi Syafiq ngeyel ingin lihat film animasi. Kali ini saya turuti permintaannya.

Beberapa saat kemudian, ketika asyik-asyiknya memelototi adegan demi adegan dalam film kartun itu, Hida muncul dari balik pintu kamar dan meminta saya mematikan komputernya.

“Abi,kata ummi komputernya suruh dimatikan.Sudah malam…”

“Ya, nanti abi matikan…Tuh sebentar lagi filmnya selesai kok. Nanti kalau udah selesai abi matikan” jawab saya.

“Tapi kata ummi suruh matikan sekarang!”

“Ya,sebentar lagi…” Saya menoleh ke arah wajahnya.

“Kata ummi suruh matikan sekarang,Bi!” ia mengulangi lagi. Sekarang dengan nada agak keras. Tapi saya tidak terlalu memperhatikan ucapannya. Mata saya beralih kembali ke layar komputer.

Saya tepati janji saya.Kira-kira 15 menit kemudian filmnya selesai dan saya matikan komputer.

“Nih, dah abi matikan.” Kata saya. 

Kelihatannya dia jadi sebel dengan saya. Mungkin karena tadi dia merasa ucapannya tidak langsung dituruti. Jadi dia bolak-balik dari kamar umminya ke ruang tempat saya dan Syafiq menonton film. Dia mendekati tempat saya duduk selonjor dan memukul perut saya dengan jengkel. Bagi saya, pukulan anak perempuan seusia dia ya saya anggap guyonan. Makanya saya hanya tertawa saja saat dia memukul soalnya geli.

Nah, saat dia memukul perut saya itu tanpa sengaja dia menindih kue kering Syafiq hingga kuenya jadi patah-patah. Syafiq tidak terima dan langsung mendorong keras perut Hida dengan kakinya. Hida yang tidak menyangka akan didorong seperti itu langsung jatuh. Ia pegang perutnya menangis kesakitan. Tapi kemudian dia membalas dengan memukul kepala adiknya itu. Sekarang adiknya jadi ikut menangis.

Saya diam saja, tidak berusaha melerai. Sengaja begitu, karena saya mau lihat bagaimana reaksi keduanya selanjutnya. Apa terus berkelahi, pukul-pukulan atau berhenti dan berdamai. Kalau terus berkelahi, saling memukul baru nanti akan saya lerai.

Ternyata benar. Keduanya lalu saling memukul 3 atau 4 kali.Saya lerai dan saya minta Hida untuk minta maaf duluan. Saya menganggap Hida sudah bisa diajak bicara untuk mengalah pada adiknya yang masih di play group itu.Tapi ternyata dia tidak mau.

Saya tanya,”Kenapa nggak mau minta maaf duluan?’

“Dia kan yang nendang perutku duluan,Bi.”

“Syafiq nendang kamu soalnya kamu dah mematahkan rotinya.Jadinya dia marah”

“Iya,tapi dia dah nendang perutku.Kan sakit,Bi?”

“Ya sudah sekarang saling minta maaf.Ayo,Syafiq minta maaf sama mbak Hida.Mbak Hida juga minta maaf sama dik Syafiq” Saya mengulangi ajakan untuk saling meminta maaf.

“Nggak mauu…” Syafiq menolak untuk minta maaf dulu.

“Mbak Hida,ayo minta maaf…” Saya beralih ke Hida.

“Nggaak mauu!” teriaknya masih sambil menangis sesenggukan. Ini anak pada ngeyel semua.

Saya menarik nafas dan menghembuskan cepat. Saya hanya diam beberapa saat. Saya ulangi lagi ajakan saya.Jawaban mereka sama.Sampai kemudian, Hida ngomong tanpa henti.

“Abi kenapa selalu membela Syafiq. Kenapa aku yang harus ngalah terus.Dia kan yang nendang aku duluan. Kenapa aku yang harus minta maaf.Abi kenapa diam-diam saja. Abi tahu nggak sih perasaan perempuan…? Ia meratap. Air matanya mengalir deras. 

Saya agak terpana dengan ucapannya yang panjang itu.Tapi, ia tanya perasaan perempuan? 

Sekuat tenaga saya menahan agar tidak tertawa.Ini anak masih TK sudah bertanya tentang perasaan perempuan.

Masih dengan menahan agar tidak tertawa, saya bertanya,”Memangnya perasaan perempuan itu gimana?”

“Aku kan lebih tua dari pada Syafiq.Harusnya dia yang minta maaf sama aku.Bukan aku yang minta maaf sama dia.”

Hemm…ooo itu to yang dia maksud perasaan perempuan.Kirain apa gitu…? 

Di kamar tidur, ternyata istri saya juga mendengar kata-kata perasaan perempuan tadi.
Saya masuk ke kamar dan nggak perlu mengulangi cerita tadi, kami tak bisa menahan tawa lagi.

*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SAHABAT MANTU

Salah satu rezeki yang patut disyukuri setiap hari adalah dipertemukannya kita dengan orang-orang baik dan sholeh. Bersahabat dengan teman-t...